JAWABAN “TIDAK”
Baca: 2 Samuel 12:15-24
"Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah". (2 Samuel 12:16)
Daud diperingatkan oleh Natan akibat kesalahannya. Ia membiarkan Uria orang Het itu mati, agar ia dapat mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Daud menyesal, tetapi Tuhan menulahi anak yang dilahirkan istrinya itu sehingga sakit (ay. 15). Daud terus memohon kepada Allah dengan tekun dan berpuasa (ay. 16). Namun pada akhirnya, anak itu mati.
Setelah itu, Daud tidak lagi berpuasa (ay. 20). Ia belajar menerima jawaban doanya dengan rendah hati. Ia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak dapat mengubah keputusan Tuhan (ay. 22-23).
Kita kerap mengharapan jawaban “Ya” atas doa kita atau paling tidak “Nanti.” Kita tentunya sangat bersyukur ketika Tuhan mengabulkan doa atau permohonan kita. Bila Tuhan belum menjawab dan kita mengartikannya sebagai “Nanti”, kita belajar menunggunya dengan sabar sampai Tuhan memenuhi permintaan kita menurut waktu dan cara-Nya. Tetapi, bagaimana bila Tuhan berkata “Tidak”? Ya, seperti jawaban-Nya atas doa Daud yang memohon kesembuhan untuk anaknya.
Bagaimana sikap kita ketika Tuhan benar-benar berkata “Tidak”? Akankah kita menggerutu atau malah menjauh dari Tuhan? Atau sebaliknya, kita memeriksa diri, bisa jadi ada yang keliru dalam hidup kita dan perlu kita ubah? Dan dari situ kita belajar bahwa di balik hal-hal yang tampaknya mengecewakan kita, Allah dalam hikmat-Nya sesungguhnya sedang mengupayakan kebaikan bagi kita. Bahwa jalan Allah tidak selalu menyenangkan perasaan kita, namun pada akhirnya pasti mendatangkan damai sejahtera.
JAWABAN “TIDAK” BUKAN BERARTI DOA KITA TIDAK DIDENGAR, MELAINKAN TANDA BAHWA DIA MENYIAPKAN HAL LAIN YANG LEBIH BAIK.
Sumber: www.renunganharian.net
Gambar: www.hopediscovered.com
Comments