top of page

Hendri, Kesuksesan "Bebek Kaleyo"


Hendri butuh perjuangan panjang untuk membuat satu resep rahasia Bebek Kaleyo. Pada suatu hari Hendri yang masih menjadi karyawan di salah satu perusahaan swasta, mencari "resep masak bebek" dalam situs pencarian Google, namun hanya keluar 1-2 resep yang menurutnya tidak masuk akal.

Hendri mencoba lagi dengan kata kunci "resep ayam goreng" lalu keluarlah ribuan artikel terkait resep tersebut.

Setiap harinya ia mengumpulkan resep ayam goreng terkenal seperti resep ayam goreng Mbok Berek, ayam goreng Suharti, dan lain sebagainnya. Resep-resep tersebut ia bukukan menjadi kurang lebih 300 halaman.

"Saya terinspirasi oleh Thomas Alva Edison yang membutuhkan 1.000 kali percobaan untuk menemukan lampu pijar, akhirnya saya bilang ke istri saya bahwa dia bisa kita juga pasti bisa" ujar Hendri.

Resep tersebut dicobanya satu persatu dengan takaran bahan-bahan yang dianjurkan. Melalui eksperimennya tersebut ia jadi banyak mengenal bumbu-bumbu dasar. Eksperimen resep ke-1 dan ke-2 dirasa tidak enak, sampai pada akhirnya resep ke-70 ia merasa rasanya dapat diterima lidah.

"Untuk mengetahui resep kami tersebut benar-benar sudah enak atau belum, kami mencoba membagikan tester kepada orang-orang terdekat seperti tetangga dan beberapa teman," ujarnya.

Sebelum membagikan tester, Hendri perlu merasa harus ada masakan bebek lain yang dapat menjadi pembanding. Hendri mencoba mencari "bebek terenak di Indonesia" melalui Google, yang ia dapatkan keluar tulisan "Bebek Pak Slamet."

Hendri memutuskan untuk terbang ke Yogyakarta dan menaiki travel untuk sampai di Solo, karena pada saat itu Bebek Pak Slamet hanya ada di Solo.

Ia membeli 30 potong Bebek Pak Slamet yang belum digoreng namun sudah dibumbui, dan dibawanya langsung ke Jakarta.

Istrinya, Fenty telah menyiapkan 30 potong bebek yang dimasak dengan resep pribadi milik mereka.

Hendri dan istri menyiapkan satu kerdus dengan isi 2 potong bebek, yaitu bebek hasil olahannya dan bebek hasil olahan Bebek Pak Slamet.

Eksperimennya pun dimulai, ia mencoba membagikan kepada banyak orang namun hasilnya tidak memuaskan, 100 persen responden mereka menjawab Bebek Pak Slamet lebih enak.

"Di situ saya dan istri merasa down dan putus asa tetapi saya merasa bersyukur, kalau saja saya tidak melakukan hal ini dan saya langsung membuka rumah makan bisa jadi rumah makan saya tidak laku," ujar pria 39 tahun tersebut.

Setelah kurang dari dua bulan, Hendri dan istri mencoba bangkit dengan mencoba kembali resep-resep lainnya. Hingga formulasi resep ke-110 yang dirasa sudah lebih baik, Hendri mencoba lagi melakukan percobaan yang sama.

Hasilnya 30 persen responden mereka bilang bebek milik Hendri enak, 70 persen lainnya merasa Bebek Pak Slamet lebih enak.

Namun, Hendri belum merasa puas ia menginginkan hasil minimal yaitu 80 persen. Ia mencoba lagi memodifikasi resep mereka hingga formula ke-120 dan ia mengulangi cara yang sama.

Hasilnya mengejutkan, 100 persen responden mereka bilang bebek miliknya lebih enak dibandingkan Bebek Pak Slamet. "Ketika itu saya menangis," ucap dia.

Setelah melakukan eksperimen hingga 120 resep, Hendri memberanikan diri membuka usaha kuliner pertama mereka. Bebek Kaleyo pertama kali buka pada 15 Januari 2007, di depan sebuah bengkel di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Nama "Kaleyo" sendiri merupakan nama yang tidak sengaja ia temukan. Nama tersebut sebelumnya belum memiliki arti.

"Pertama saya mencari gampangnya saja huruf A, E, O lalu saya kombinasikan dengan beberapa huruf sehingga ketemu kata Kaleyo. Kaleyo sendiri tidak memiliki arti khusus hanya saja jika diartikan "Kaleyo" berasal dari bahasa jawa yaitu "Kaleh" yang artinya dua dan "Ayo" yang artinya mengajak," ujar bapak tiga orang anak tersebut.

Jika diartikan "Kaleyo" berarti ayo dua kali, dimaksudkan agar para pengunjung rumah makan bebek tersebut tidak hanya datang sekali namun dua kali dan seterusnya.

Bisnis pertamanya dibangun dengan modal Rp15 juta, Rp10 juta didapat Hendri dari hasil tabungannya dan Rp5 juta berasal dari kakanya.

Memang bisnis ini dibangun oleh dua keluarga yaitu Hendri dan Fenty istrinya, serta Rini kakanya dan Paulus kaka iparnya.

Bebek Kaleyo pertama hadir dengan konsep kaki lima layaknya tenda penjual pecel ayam biasa, tempat tersebut dipilih karena dirasa strategis.

"Saya menyewa tempat tersebut cukup mahal Rp4,5 juta per bulan, akhirnya saya bilang kepada pemilik tempat tersebut saya coba sewa satu bulan dulu," katanya.

Bebek Kaleyo satu dibukanya setiap hari seusai pulang bekerja dari pukul 18.00-23.00 WIB.

Pertama buka ada sekitar lima orang yang makan di tendanya tersebut, lalu keesokan harinya bertambah dan dari ke-5 orang yang kemarin ada yang datang kembali.

Hendri pun merasa senang, binis Bebek Kaleyo miliknya terus berkembang hingga sekarang sudah memiliki 17 cabang yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Karawang, dan Bandung.

Sumber: www.money.id

Featured Posts
Recent Posts
Categories
Archieve
Follow Us
  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic
bottom of page